10.5.09

lepas

di kelopak matamu kutemukan
-hitam
menggenang pada bejana yang kau cipta

embun yang kutafsir dulu hanya pecahan ilusi yang muncul pada remah mimpi kita

tertahan sejenak-

:lepaskan saja

pecah

masih ingatkah kau saat telingaku menderit. menjelma cemas yang tertahan di sudut kepala. saat katakata berubah seolah pisau yang menikam. hingga lidahmu meradang

masih ingatkah kau saat tanganku melepuh. dengan jemari yang tak mampu menggenggam bejana; yang sebelumnya kau tuang angkuhmu tanpa peduli lelah yang aku bawa

masih ingatkah kau saat mataku menjerit. menahan hujaman cerca. tak henti matamu bergelayut sinis pada mataku

masihkah?

ah…
yang kini tak kau tahu
mataku terjatuh bersama
butiranbutiran penat yang

kemudian pecah

3 stanza: sajak perawan senja

/I/
mari diamdiam mendengarkannya. reranting yang jatuh pada tanah. yang pada malam sebelumnya; ia menangis. menyimpan lenguh rindu pada embun. dan terpejam di heningnya purnama

/II/
ia;
yang menjelma sajak perawan. mengeja kata menentang rasa. menakar rerintik bebait dalam hening. pelanpelan merangkai setiap gerak nalar. memanggilmanggil masa depan dalam beribu kerinduan

ia;
merebus detakdetak kenangan. menyulam dahaga sewaktu senja. selalu bersenandung di remang cuaca. tentang beda. tentang cinta. juga lelembut bahasa yang menarinari di detak rima

/III/
ia;
tak seruparupa kekal senyawa. memikul waktu mengiris sentuh. mengakar rapuh di lapis subur. memilah pundipundi duniawi pembeban tubuh. melepas mimpi selaras hitam putih karma

ia;
hanya serupa malaikat dalam terik bulan. pencerah redup di tengah maya. menyulam nadi mengecup retak. dengan nafas; sebelum gelap tiba kembali

adalah ia;
perawan senja penyulap masa
(mari diamdiam mendengarkannya. reranting yang jatuh pada tanah)


perlahan

dekap aku
lumerkan perih yang menggenangi tiap ruasruas hati
agar detakmu bisa kurasa

:perlahan