30.11.08

titik hidup: sebuah kepastian

di ujung lengkung bumi
tersudut sendiri
tatap esok
(atau kembali ke peraduan lalu)

tak harus aku terhenti

mentari tertunduk
pelangi berkemas
garis ufuk barat tersenyum

hanya satu baris pengakuan
: senja telah menjemputku

akhir kata: aku pergi

gores waktu: putar ulang

sekelumit memori
tertuang masa
:kenang

renta waktu
putar kembali
:rindu

langkah pucat
rasa beku
:sirna

terekam waktu saat mencintamu

24.11.08

titik hidup: sebuah perjalanan

/saat janji menjadi arti
kenangan hanya sebuah masa lalu
inilah sebuah perjalanan/


titiktitik hujan terhenti
pada satu kibasan angin
- nafas baru pada pagi –

liukan rerumput basah
ingatkan pada
kenangan senja lalu

mentari semat janji
jemput cahaya ujung tepi pelangi


titik pena: sang pengembara

kemudian berbelok
jejakkan tiap langkah
arah telah berubah
seiring perjalanan

coba titi jembatan waktu
memutar nasib
tuju satu muara untuk berlabuh
(tambatkan biduk untuk hidup)

kemenangan akan kurengkuh
seiring nafas yang mulai teratur
lembar demi lembar lalu
dari kotak kecil yang memasung

hingga akhir kembara ini
mentari akan segera mengecup bibir lautan


teruntuk: untukku

gemuruh menghantarkan aku ke dalam pelataran kematian
dengan malaikat cinta sebagai pendamping


dan inilah kisah untukku
jingga yang (pernah) kucipta
tertelan (lagi) oleh temaram

saatnya aku berkemas
dengan hati (masih) penuh tanya
kubawa dalam tabela ini
bersamaku yang akan tidur tenang

jangan ragu...
titipan cinta yang terberi
(pasti) kutata rapi di bawah nisan
dan bersemayam dalam pusara hatiku

biarkan aku pergi dengan tetap tersenyum

22.11.08

untuk setia kembali

kemudian kau datang
terduduk di sudut hati
susun rapi tempat pijakmu
yang sempat pudar
terseok waktu lalu

senja tiba hampiri
perang hati telah usai
tak perlu kecewa
peluh telah mengering

sepenggal waktu berdetak
kisah ini bangkitkan lagi
emban titah kita sendiri

mari bersulang!
dengan air mata kita

jejakkan cinta lagi

teruntuk: sang waktu

detikdetik melompat perlahan
bersua dengan sang menit
berpacu kejar waktu

titiktitik rindu yang pudar
kembali hampiri
tata hati yang berdebu

teruntuk: sang waktu
walau sepi menghantam
usah kikis rindu ini lagi

ijinkan aku kunci hatinya
biar rindu tak lagi hilang


disini cinta disemayamkan

setengah terluka aku ucap
matinya hati saat ini
air mata tertelan kata

sempat rasa itu membuncah
rusak nalar hancurkan logika
jernih pikir terbutakan

tak sempat kugenggam
pun kecupan hanya asa
cinta hanya dongeng belaka

kini gelisah hilang
kusiapkan liang lahat ini
sebagai peristirahatan terakhir cinta

disini cinta disemayamkan
tak perlu ada ziarah dalam kubur kita nanti


14.11.08

teruntuk: sang dilema

kabur rasa yang terlihat

iblis menari dalam otak
usik yakinmu
akan kemunafikan pilihan

saat pagi kau rindu malam
saat malam kau rindu pagi
haruskah sekat itu yang kau dapati?

lelah juga bertahan
terlalu lama diam
terjebak lalu lintas kata

atau kau terlalu munafik?
terbuai pada ego
berbuah penat bahkan jengah

teruntuk: sang dilema
lenteramu terlalu redup
untuk tentukan jalan hidup

jangan tunggu hatimu nelangsa

teruntuk: sang malaikat terindah(ku)

berdiri di ujung kegalauan

aku jejaki bentuk nafasmu
merasa tak temukan tempat
untuk sebuah penyesalanku

tak ingin memperkeruh semua
pun kelancangan dalam tiap kata
hanya sebuah ketulusan

terlalu nista untuk meminta
tak jua bersujud mengharap
ini sebentuk hati dalam kata

kuhamparkan senyawa rasa
dan terlampirkan maaf
untuk malaikat terindah(ku) disana

masih terhenti di ujung kegalauan

kerumitan itu terselesaikan

jiwa berselimut rancu
ketakpastian rasa berontak
jengah menanti kosong

saat lalu yang kuelukan
kini kuhempaskan
bungkam jauh ke dasar bumi

dulu kurasa kau mutiara
sekarang tak lebih dari seorang zadah
yang akan kucerca saat kita bersua

jangan tunggu nanti
dengan suara parau aku pastikan
'kerumitan itu kini terselesaikan'

sekelumit memori yang ada untukmu kubakar
abumu akan kusemayamkan
di sudut terjauh dari hatiku

13.11.08

sebuah persembahan hati

lembut kata
hadirkan makna
membuat temaram menjadi jingga

senyum itu mengubah rasa
menjadi letupan sayang
bahkan mungkin cinta (?)

apa aku terlalu cepat?
apa aku harus menunggu lagi?
atau berharap tak pasti?

ah..
aku tak tahu
ini hanya sebuah persembahan hati

somewhere in my dream

i close my eyes
let myself die for a while
lock my world
into deepest untouchable world

no lights
no life
no one
just me and myself

feel strange
like a whole empty room
before i saw Samael
and...

i saw darkness
darkest sight of my life

teruntuk: sang april

kemarin

ronamu meluruh
semangatmu yang tak biasa
membuat aku bertarung dengan hati ku
apa yang membuatmu seperti ini?

sesak di dadamu terurai
melalui ucap ujarmu sendiri
racau kata menari-nari
di setiap sudut bibirmu

pagi ini

ronamu kembali
dengan senyum kemenangan
dan hatimu pun begitu
kau telah kembali lagi

kau coba hadirkan bunga
melalui kata sikapmu
hujan telah mengembalikanmu
menjadi dirimu yang aku kenal

teruntuk: sang april..

telah kutemukan jejakmu lagi

jalan panjang
dengan lentera kecil yang kubawa
aku temukan jejak-jejak itu lagi

kepingan cinta berserakan
mimpi bergeletakan
tawa yang berceceran
aku pungut satu persatu

letih itu akan kubuang
langkah lalu akan kuhapus
pun sepi akan kutinggal
hingga senyum yang akan menuntunku

hati bergumam perlahan
'aku telah temukan itu'

jemput aku dengan hatimu nanti
saat aku tiba di ujung jalan ini