2.10.08

hanya untuk diam

aku ingin teriak sekeras mungkin..

hanya untuk kembali diam..

dimana cahaya itu

lenguh nafas masih terasa menyesakkan
hati terasa membatu untuk mengingat
lelah berpikir untuk berpijak pada hidup
aku tlah karam.. aku tlah musnah..

adakah waktu yang menyekatku
adakah beda yang menghakimiku
tenang pikiran itu mulai memudar
haruskah marah dan dendam selimuti diri?

kerongkongan mulai tak keluarkan suara lagi
hanya gemuruh dan lengkingan perih
yang masih menari indah di memori otakku
terlalu sakit.. terlalu sakit.. teramat sangat..

tetesan embun menguap begitu saja
hangatnya mentari tertutup awan kelam
hingga malam panjang yang halangi aku
untuk temukan cahaya itu lagi..

peluk aku bila kita bertemu nanti

andai waktu mampu menebak
apa yang kulukis dibalik kegalauanku
ia pasti mengerti
ia pasti tak ragu lagi
ia pasti akan memberi jawaban atas itu

aku rindu..
seperti malam
yang ingin berbicara pada siang
seperti hutan hujan
yang menunggu kemarau tiba
seperti umatNya
yang rindu akan ramadhan

dimana harus kucari langkahmu
bahkan bayanganmu
pun tak bisa kuraih

peluk aku bila kita bertemu nanti

belum kutemukan jejakmu lagi

belum kutemukan jejakmu lagi
entah harus berputar untuk berapa kali lagi
hingga aku mampu temukan itu

kata mereka dunia itu sempit
tapi mengapa langkahmu yang dulu berada disisi
tak dapat kucari lagi?

lelah..
tapi apa itu sebuah alasan untuk berhenti?
buntu..
tapi apa itu tujuan untuk diam?
bosan..
tapi apa itu tak bisa berubah?

huff..
lagi-lagi aku harus mencari
hingga malam kembali menjadi malam..
hingga peluh membasahi tubuhku..
hingga keriput ini menghiasi wajah..

aku takkan berhenti sampai disini..