terlelap dalam kotak kaca berpeluh embun
alif
awal
tarian mentari
menetas di keremangan pagi
berharap cerita dalam tatapan harihari
dan isakan tangis manja
tertahan
di selasela jari mungil
masih dalam kotak kaca berpeluh embun
lelap pada keheningan malam
patahan bulan
akhir
ya
nafasku telah terhenti sebelum melangkah
31.12.08
jika pada waktunya
30.12.08
teruntuk: mama
mama..
saat tangkup tanganmu memapahku
hanya damai mengalir dengan rasa tulus
peluhmu ukirkan ketegaran
bahkan senyum renta
bersama keriput di lingkar mata
tak jua surutkan jalanmu
hingga dalam jenuh yang meradang
masih saja nafasmu hembuskan cerita indah
maaf..
jika pada setiap langkahku
aku tak pernah hiraukan segala ucapmu
namun tanpa aku berkata
mataku akan selalu berbicara..
aku mencintaimu..
saat tangkup tanganmu memapahku
hanya damai mengalir dengan rasa tulus
peluhmu ukirkan ketegaran
bahkan senyum renta
bersama keriput di lingkar mata
tak jua surutkan jalanmu
hingga dalam jenuh yang meradang
masih saja nafasmu hembuskan cerita indah
maaf..
jika pada setiap langkahku
aku tak pernah hiraukan segala ucapmu
namun tanpa aku berkata
mataku akan selalu berbicara..
aku mencintaimu..
kung
delapan purnama lalu, kung...
kita samasama membingkai langit, melambai pada lentiknya awan, berlompatlompatan dari satu teratai hingga teratai terakhir di ujung danau, kau genggam tangan, tanpa peduli terik matahari; yang perlahan tertunduk pada barisan awan kelam
hingga seluruh bumi tertutup tirai pekat sang awan, dan mulai menghujam dengan titiktitik hujannya; dan kita bersembunyi dibalik teratai ini; tampak wajahmu siratkan kesediahn, tak ada ceria seperti sesaat lalu. seolah menyaingi kelamnya langit di atas sana; dan sekali lagi kung, kau genggam tanganku ini
tibatiba riak yang tenang menjadi tak menentu. genggamanmu terlepas, sisakan sorot mata sayu; yang masih kusimpan hingga kini; dan perlahan luruh bersama aliran air yang membawa ragamu; entah kemana...
...aku masih menanti disini
...kung
apa kita masih ada pada bumi yang sama?
entah...
kita samasama membingkai langit, melambai pada lentiknya awan, berlompatlompatan dari satu teratai hingga teratai terakhir di ujung danau, kau genggam tangan, tanpa peduli terik matahari; yang perlahan tertunduk pada barisan awan kelam
hingga seluruh bumi tertutup tirai pekat sang awan, dan mulai menghujam dengan titiktitik hujannya; dan kita bersembunyi dibalik teratai ini; tampak wajahmu siratkan kesediahn, tak ada ceria seperti sesaat lalu. seolah menyaingi kelamnya langit di atas sana; dan sekali lagi kung, kau genggam tanganku ini
tibatiba riak yang tenang menjadi tak menentu. genggamanmu terlepas, sisakan sorot mata sayu; yang masih kusimpan hingga kini; dan perlahan luruh bersama aliran air yang membawa ragamu; entah kemana...
...aku masih menanti disini
...kung
apa kita masih ada pada bumi yang sama?
entah...
aku dan duniaku
kelopak senyum yang teruntai rapi dalam deretan bibir langit pada pagi tanpa embun
tak jua hadirkan asa untukku berpikir lagi;
hanya lelah menjelma risau
peluh berpeluh
letih
a
k
u
cemas
cekat terpekat
dan diam meraja dalam igau
hingga waktu berputar kembali dalam harihari
untuk setiap rentetan peristiwa kelam yang jadikan malam tiba tanpa usapan bintang
tak jua hadirkan asa untukku berpikir lagi;
hanya lelah menjelma risau
peluh berpeluh
letih
a
k
u
cemas
cekat terpekat
dan diam meraja dalam igau
hingga waktu berputar kembali dalam harihari
untuk setiap rentetan peristiwa kelam yang jadikan malam tiba tanpa usapan bintang
sehelai rindu terakhir yang mampu kusimpan
sayang...
tak sadarkah rona wajahmu memucat, dan kendikendi rindu perlahan meretak. hingga kau coba hapus jejakjejak pelarian dalam lelah, dengan satu usapan hangat mentari pada sekitar lingkar hati
mencoba jemput kecupan yang kau lukis di bibir, menderu bersama hangat nafas; tanpa nafsu
membaca penat yang tertahan di matamu
jangan tangisi semua ini..
aku akan kembali dalam pelukan hati;
dalam hidup yang tak kau sadari
jemarimu lelah untuk menggenggam hidup; hanya air mata mampu mengantarmu menuju cerita yang tak akan usai disana. yang tertinggal hanya sehelai rindu terakhir untuk aku simpan
tak sadarkah rona wajahmu memucat, dan kendikendi rindu perlahan meretak. hingga kau coba hapus jejakjejak pelarian dalam lelah, dengan satu usapan hangat mentari pada sekitar lingkar hati
mencoba jemput kecupan yang kau lukis di bibir, menderu bersama hangat nafas; tanpa nafsu
membaca penat yang tertahan di matamu
jangan tangisi semua ini..
aku akan kembali dalam pelukan hati;
dalam hidup yang tak kau sadari
jemarimu lelah untuk menggenggam hidup; hanya air mata mampu mengantarmu menuju cerita yang tak akan usai disana. yang tertinggal hanya sehelai rindu terakhir untuk aku simpan
sisa rindu malam tadi
dan tangis masih menggema
di sela pikir yang menyempil pada
sekotak ingatan tentang senja
nistakah itu?
kereta terakhir menjemput
pada dentang terakhir hari
tepat di pergantian
senyum itu tak lekang
pagi tiba dengan tertatih
pun hujan membisu
tak terdengar rintihannya
hanya embun yang setia menemani sisasisa rindu malam tadi
di sela pikir yang menyempil pada
sekotak ingatan tentang senja
nistakah itu?
kereta terakhir menjemput
pada dentang terakhir hari
tepat di pergantian
senyum itu tak lekang
pagi tiba dengan tertatih
pun hujan membisu
tak terdengar rintihannya
hanya embun yang setia menemani sisasisa rindu malam tadi
rindu mengetuk pagi
inilah rindu
dalam beranda kegamangan
meruwat langkah hitam peraduan hati
bintang tak hadir dalam malam
hanya pucat hujan basahi rekahan pekatnya
kini di ambang harap
waktu bergegas
diam menunggu fajar tersenyum
niscaya di satu sisi
tetap mampu mengetuk pagi
dalam beranda kegamangan
meruwat langkah hitam peraduan hati
bintang tak hadir dalam malam
hanya pucat hujan basahi rekahan pekatnya
kini di ambang harap
waktu bergegas
diam menunggu fajar tersenyum
niscaya di satu sisi
tetap mampu mengetuk pagi
tentang seorang perindu
tatap sayu pada langit pagi ini
mendongak dengan peluh tanpa henti:
dua tahun sudah aku tak menjamahmu
bagaimana kabarmu?
sedang aku hanya termangu disini
menunggu waktu nanti
saat jiwa susul langkah kesana
adakah cara untuk menemuimu saat ini?
dengan roket aku titipkan
selaksa cinta
dan kuharap melayang sempurna menuju peraduanmu disana
mendongak dengan peluh tanpa henti:
dua tahun sudah aku tak menjamahmu
bagaimana kabarmu?
sedang aku hanya termangu disini
menunggu waktu nanti
saat jiwa susul langkah kesana
adakah cara untuk menemuimu saat ini?
dengan roket aku titipkan
selaksa cinta
dan kuharap melayang sempurna menuju peraduanmu disana
sebelum embun mulai menipis
pada purnama
yang terlewat hujan
rantingranting masih bercerita
jika pada tentangnya
kita masih bergelayut:
kecuplah Dia
sebelum embun mulai menipis
yang terlewat hujan
rantingranting masih bercerita
jika pada tentangnya
kita masih bergelayut:
kecuplah Dia
sebelum embun mulai menipis
pada suatu ketika
hujan tapaki lusuhnya rindu
dalam guratan senyum
yang menipis pada
rintik air terakhir
(embun tercipta)
dibalik kotak kaca ini
rindu dan nafsu tersamar
dalam kata kita bercinta
dalam dekap kita bercerita
mari mencipta senja
sambut kesederhanaan malam
percayakan semua pada rasa
jamah aku saat ini, sayang...
dalam guratan senyum
yang menipis pada
rintik air terakhir
(embun tercipta)
dibalik kotak kaca ini
rindu dan nafsu tersamar
dalam kata kita bercinta
dalam dekap kita bercerita
mari mencipta senja
sambut kesederhanaan malam
percayakan semua pada rasa
jamah aku saat ini, sayang...
16.12.08
teruntuk: sang masa depanku
sayang...
bukankah rembulan masih tersipu
dan kelunya malam menggugah kita untuk bercerita
tentang pelangi
tentang kesederhanaan langit
yang membawa pada surga kecil kita
rengkuh nafasku dalamdalam
rasakan tiap sisi terindah
dengar hati ini ucap untaian kata:
“aku mencintaimu”
sayang...
biarlah rekahan fajar terbentuk pagi nanti
dengan senyuman penuh sang mentari
dan burungburung bersenandung tanpa lirih
cinta tetap kita bawa disini
dan aku percaya
tulang rusukku adalah kamu
bukankah rembulan masih tersipu
dan kelunya malam menggugah kita untuk bercerita
tentang pelangi
tentang kesederhanaan langit
yang membawa pada surga kecil kita
rengkuh nafasku dalamdalam
rasakan tiap sisi terindah
dengar hati ini ucap untaian kata:
“aku mencintaimu”
sayang...
biarlah rekahan fajar terbentuk pagi nanti
dengan senyuman penuh sang mentari
dan burungburung bersenandung tanpa lirih
cinta tetap kita bawa disini
dan aku percaya
tulang rusukku adalah kamu
mencumbu pelaminan
terpaut janji
dalam kenang rindu
sebuah kesetiaan:
mengalun indah dalam simfoni
beratasnamakan cinta
sebuah kepastian:
yang cair oleh senyuman
dan berakhir dengan pelangi
sayang, mari mencumbu pelaminan kita
dalam kenang rindu
sebuah kesetiaan:
mengalun indah dalam simfoni
beratasnamakan cinta
sebuah kepastian:
yang cair oleh senyuman
dan berakhir dengan pelangi
sayang, mari mencumbu pelaminan kita
10.12.08
deja vu
sekuntum imaji
goyahkan pikirku
:aku bukan aku?
sekelibat pikir
terekam jelas
(tak asing)
tergeserkah dimensi?
hingga kini serasa silam
sepertinya aku pernah melewati waktu ini
goyahkan pikirku
:aku bukan aku?
sekelibat pikir
terekam jelas
(tak asing)
tergeserkah dimensi?
hingga kini serasa silam
sepertinya aku pernah melewati waktu ini
musnahnya janji sang mentari
janji hanyalah janji
hanya goresan kata pada imaji pikir
sepagi ini
mega geluti langit
dengan muramnya
alam yang bernaung
goreskan satu tanya:
dimana mentari?
ia hanya menjawab:
“untuk apa aku menyinari
jika tak ada yang menghargai”
(dan ia pun pergi)
hanya goresan kata pada imaji pikir
sepagi ini
mega geluti langit
dengan muramnya
alam yang bernaung
goreskan satu tanya:
dimana mentari?
ia hanya menjawab:
“untuk apa aku menyinari
jika tak ada yang menghargai”
(dan ia pun pergi)
gores waktu: titik jenuh
hanya rindu yang akan bertamu pada kenang
naïf memang
jika harus terhenti
pada satu masa
saat siasia mengharap jawab
yang terucap hanya satu pikir:
titik jenuh
lihat saja..
mentari telah ingkari janji bukan?
mungkin hatiku juga
gerbang waktu telah tertutup
jangan tunggu aku disana
naïf memang
jika harus terhenti
pada satu masa
saat siasia mengharap jawab
yang terucap hanya satu pikir:
titik jenuh
lihat saja..
mentari telah ingkari janji bukan?
mungkin hatiku juga
gerbang waktu telah tertutup
jangan tunggu aku disana
30.11.08
titik hidup: sebuah kepastian
di ujung lengkung bumi
tersudut sendiri
tatap esok
(atau kembali ke peraduan lalu)
tak harus aku terhenti
mentari tertunduk
pelangi berkemas
garis ufuk barat tersenyum
hanya satu baris pengakuan
: senja telah menjemputku
akhir kata: aku pergi
tersudut sendiri
tatap esok
(atau kembali ke peraduan lalu)
tak harus aku terhenti
mentari tertunduk
pelangi berkemas
garis ufuk barat tersenyum
hanya satu baris pengakuan
: senja telah menjemputku
akhir kata: aku pergi
gores waktu: putar ulang
sekelumit memori
tertuang masa
:kenang
renta waktu
putar kembali
:rindu
langkah pucat
rasa beku
:sirna
terekam waktu saat mencintamu
tertuang masa
:kenang
renta waktu
putar kembali
:rindu
langkah pucat
rasa beku
:sirna
terekam waktu saat mencintamu
24.11.08
titik hidup: sebuah perjalanan
/saat janji menjadi arti
kenangan hanya sebuah masa lalu
inilah sebuah perjalanan/
titiktitik hujan terhenti
pada satu kibasan angin
- nafas baru pada pagi –
liukan rerumput basah
ingatkan pada
kenangan senja lalu
mentari semat janji
jemput cahaya ujung tepi pelangi
kenangan hanya sebuah masa lalu
inilah sebuah perjalanan/
titiktitik hujan terhenti
pada satu kibasan angin
- nafas baru pada pagi –
liukan rerumput basah
ingatkan pada
kenangan senja lalu
mentari semat janji
jemput cahaya ujung tepi pelangi
titik pena: sang pengembara
kemudian berbelok
jejakkan tiap langkah
arah telah berubah
seiring perjalanan
coba titi jembatan waktu
memutar nasib
tuju satu muara untuk berlabuh
(tambatkan biduk untuk hidup)
kemenangan akan kurengkuh
seiring nafas yang mulai teratur
lembar demi lembar lalu
dari kotak kecil yang memasung
hingga akhir kembara ini
mentari akan segera mengecup bibir lautan
jejakkan tiap langkah
arah telah berubah
seiring perjalanan
coba titi jembatan waktu
memutar nasib
tuju satu muara untuk berlabuh
(tambatkan biduk untuk hidup)
kemenangan akan kurengkuh
seiring nafas yang mulai teratur
lembar demi lembar lalu
dari kotak kecil yang memasung
hingga akhir kembara ini
mentari akan segera mengecup bibir lautan
teruntuk: untukku
gemuruh menghantarkan aku ke dalam pelataran kematian
dengan malaikat cinta sebagai pendamping
dan inilah kisah untukku
jingga yang (pernah) kucipta
tertelan (lagi) oleh temaram
saatnya aku berkemas
dengan hati (masih) penuh tanya
kubawa dalam tabela ini
bersamaku yang akan tidur tenang
jangan ragu...
titipan cinta yang terberi
(pasti) kutata rapi di bawah nisan
dan bersemayam dalam pusara hatiku
biarkan aku pergi dengan tetap tersenyum
dengan malaikat cinta sebagai pendamping
dan inilah kisah untukku
jingga yang (pernah) kucipta
tertelan (lagi) oleh temaram
saatnya aku berkemas
dengan hati (masih) penuh tanya
kubawa dalam tabela ini
bersamaku yang akan tidur tenang
jangan ragu...
titipan cinta yang terberi
(pasti) kutata rapi di bawah nisan
dan bersemayam dalam pusara hatiku
biarkan aku pergi dengan tetap tersenyum
22.11.08
untuk setia kembali
kemudian kau datang
terduduk di sudut hati
susun rapi tempat pijakmu
yang sempat pudar
terseok waktu lalu
senja tiba hampiri
perang hati telah usai
tak perlu kecewa
peluh telah mengering
sepenggal waktu berdetak
kisah ini bangkitkan lagi
emban titah kita sendiri
mari bersulang!
dengan air mata kita
jejakkan cinta lagi
terduduk di sudut hati
susun rapi tempat pijakmu
yang sempat pudar
terseok waktu lalu
senja tiba hampiri
perang hati telah usai
tak perlu kecewa
peluh telah mengering
sepenggal waktu berdetak
kisah ini bangkitkan lagi
emban titah kita sendiri
mari bersulang!
dengan air mata kita
jejakkan cinta lagi
teruntuk: sang waktu
detikdetik melompat perlahan
bersua dengan sang menit
berpacu kejar waktu
titiktitik rindu yang pudar
kembali hampiri
tata hati yang berdebu
teruntuk: sang waktu
walau sepi menghantam
usah kikis rindu ini lagi
ijinkan aku kunci hatinya
biar rindu tak lagi hilang
bersua dengan sang menit
berpacu kejar waktu
titiktitik rindu yang pudar
kembali hampiri
tata hati yang berdebu
teruntuk: sang waktu
walau sepi menghantam
usah kikis rindu ini lagi
ijinkan aku kunci hatinya
biar rindu tak lagi hilang
disini cinta disemayamkan
setengah terluka aku ucap
matinya hati saat ini
air mata tertelan kata
sempat rasa itu membuncah
rusak nalar hancurkan logika
jernih pikir terbutakan
tak sempat kugenggam
pun kecupan hanya asa
cinta hanya dongeng belaka
kini gelisah hilang
kusiapkan liang lahat ini
sebagai peristirahatan terakhir cinta
disini cinta disemayamkan
tak perlu ada ziarah dalam kubur kita nanti
matinya hati saat ini
air mata tertelan kata
sempat rasa itu membuncah
rusak nalar hancurkan logika
jernih pikir terbutakan
tak sempat kugenggam
pun kecupan hanya asa
cinta hanya dongeng belaka
kini gelisah hilang
kusiapkan liang lahat ini
sebagai peristirahatan terakhir cinta
disini cinta disemayamkan
tak perlu ada ziarah dalam kubur kita nanti
14.11.08
teruntuk: sang dilema
kabur rasa yang terlihat
iblis menari dalam otak
usik yakinmu
akan kemunafikan pilihan
saat pagi kau rindu malam
saat malam kau rindu pagi
haruskah sekat itu yang kau dapati?
lelah juga bertahan
terlalu lama diam
terjebak lalu lintas kata
atau kau terlalu munafik?
terbuai pada ego
berbuah penat bahkan jengah
teruntuk: sang dilema
lenteramu terlalu redup
untuk tentukan jalan hidup
jangan tunggu hatimu nelangsa
iblis menari dalam otak
usik yakinmu
akan kemunafikan pilihan
saat pagi kau rindu malam
saat malam kau rindu pagi
haruskah sekat itu yang kau dapati?
lelah juga bertahan
terlalu lama diam
terjebak lalu lintas kata
atau kau terlalu munafik?
terbuai pada ego
berbuah penat bahkan jengah
teruntuk: sang dilema
lenteramu terlalu redup
untuk tentukan jalan hidup
jangan tunggu hatimu nelangsa
teruntuk: sang malaikat terindah(ku)
berdiri di ujung kegalauan
aku jejaki bentuk nafasmu
merasa tak temukan tempat
untuk sebuah penyesalanku
tak ingin memperkeruh semua
pun kelancangan dalam tiap kata
hanya sebuah ketulusan
terlalu nista untuk meminta
tak jua bersujud mengharap
ini sebentuk hati dalam kata
kuhamparkan senyawa rasa
dan terlampirkan maaf
untuk malaikat terindah(ku) disana
masih terhenti di ujung kegalauan
aku jejaki bentuk nafasmu
merasa tak temukan tempat
untuk sebuah penyesalanku
tak ingin memperkeruh semua
pun kelancangan dalam tiap kata
hanya sebuah ketulusan
terlalu nista untuk meminta
tak jua bersujud mengharap
ini sebentuk hati dalam kata
kuhamparkan senyawa rasa
dan terlampirkan maaf
untuk malaikat terindah(ku) disana
masih terhenti di ujung kegalauan
kerumitan itu terselesaikan
jiwa berselimut rancu
ketakpastian rasa berontak
jengah menanti kosong
saat lalu yang kuelukan
kini kuhempaskan
bungkam jauh ke dasar bumi
dulu kurasa kau mutiara
sekarang tak lebih dari seorang zadah
yang akan kucerca saat kita bersua
jangan tunggu nanti
dengan suara parau aku pastikan
'kerumitan itu kini terselesaikan'
sekelumit memori yang ada untukmu kubakar
abumu akan kusemayamkan
di sudut terjauh dari hatiku
ketakpastian rasa berontak
jengah menanti kosong
saat lalu yang kuelukan
kini kuhempaskan
bungkam jauh ke dasar bumi
dulu kurasa kau mutiara
sekarang tak lebih dari seorang zadah
yang akan kucerca saat kita bersua
jangan tunggu nanti
dengan suara parau aku pastikan
'kerumitan itu kini terselesaikan'
sekelumit memori yang ada untukmu kubakar
abumu akan kusemayamkan
di sudut terjauh dari hatiku
13.11.08
sebuah persembahan hati
lembut kata
hadirkan makna
membuat temaram menjadi jingga
senyum itu mengubah rasa
menjadi letupan sayang
bahkan mungkin cinta (?)
apa aku terlalu cepat?
apa aku harus menunggu lagi?
atau berharap tak pasti?
ah..
aku tak tahu
ini hanya sebuah persembahan hati
hadirkan makna
membuat temaram menjadi jingga
senyum itu mengubah rasa
menjadi letupan sayang
bahkan mungkin cinta (?)
apa aku terlalu cepat?
apa aku harus menunggu lagi?
atau berharap tak pasti?
ah..
aku tak tahu
ini hanya sebuah persembahan hati
somewhere in my dream
i close my eyes
let myself die for a while
lock my world
into deepest untouchable world
no lights
no life
no one
just me and myself
feel strange
like a whole empty room
before i saw Samael
and...
i saw darkness
darkest sight of my life
let myself die for a while
lock my world
into deepest untouchable world
no lights
no life
no one
just me and myself
feel strange
like a whole empty room
before i saw Samael
and...
i saw darkness
darkest sight of my life
teruntuk: sang april
kemarin
ronamu meluruh
semangatmu yang tak biasa
membuat aku bertarung dengan hati ku
apa yang membuatmu seperti ini?
sesak di dadamu terurai
melalui ucap ujarmu sendiri
racau kata menari-nari
di setiap sudut bibirmu
pagi ini
ronamu kembali
dengan senyum kemenangan
dan hatimu pun begitu
kau telah kembali lagi
kau coba hadirkan bunga
melalui kata sikapmu
hujan telah mengembalikanmu
menjadi dirimu yang aku kenal
teruntuk: sang april..
ronamu meluruh
semangatmu yang tak biasa
membuat aku bertarung dengan hati ku
apa yang membuatmu seperti ini?
sesak di dadamu terurai
melalui ucap ujarmu sendiri
racau kata menari-nari
di setiap sudut bibirmu
pagi ini
ronamu kembali
dengan senyum kemenangan
dan hatimu pun begitu
kau telah kembali lagi
kau coba hadirkan bunga
melalui kata sikapmu
hujan telah mengembalikanmu
menjadi dirimu yang aku kenal
teruntuk: sang april..
telah kutemukan jejakmu lagi
jalan panjang
dengan lentera kecil yang kubawa
aku temukan jejak-jejak itu lagi
kepingan cinta berserakan
mimpi bergeletakan
tawa yang berceceran
aku pungut satu persatu
letih itu akan kubuang
langkah lalu akan kuhapus
pun sepi akan kutinggal
hingga senyum yang akan menuntunku
hati bergumam perlahan
'aku telah temukan itu'
jemput aku dengan hatimu nanti
saat aku tiba di ujung jalan ini
dengan lentera kecil yang kubawa
aku temukan jejak-jejak itu lagi
kepingan cinta berserakan
mimpi bergeletakan
tawa yang berceceran
aku pungut satu persatu
letih itu akan kubuang
langkah lalu akan kuhapus
pun sepi akan kutinggal
hingga senyum yang akan menuntunku
hati bergumam perlahan
'aku telah temukan itu'
jemput aku dengan hatimu nanti
saat aku tiba di ujung jalan ini
10.10.08
takdirkan aku dengannya
kini saatnya
langkahkan kaki lagi
menuju lembah kesetiaan
menghapus keraguan
kau untukku?
aku pikir begitu
aku untukmu?
jangan ragukan itu
lekang waktu akan kukejar
masa lalu akan kulempar
ya Tuhan
takdirkan aku dengannya
akan kubawa jiwaku meraja
dalam tiap sekat hatinya
langkahkan kaki lagi
menuju lembah kesetiaan
menghapus keraguan
kau untukku?
aku pikir begitu
aku untukmu?
jangan ragukan itu
lekang waktu akan kukejar
masa lalu akan kulempar
ya Tuhan
takdirkan aku dengannya
akan kubawa jiwaku meraja
dalam tiap sekat hatinya
5.10.08
malam yang sama
senja perlahan pergi
hadir bersama rintik hujan
yang membawa cela
dengan lentera kecil aku berjalan
melangkah perlahan
mengendap..
lolongan anjing jalanan
kicauan burung gagak
bungkam setiap suara yang ada
tetap berjalan tanpa arah
susuri setiap jengkal jalan ini
masih tanpa tujuan
masih jauhkah ujung jalan ini?
masih sanggupkah aku berjalan?
akankah terhenti langkahku?
entah..
mungkin ribuan malam yang sama
yang akan aku lewati lagi
hadir bersama rintik hujan
yang membawa cela
dengan lentera kecil aku berjalan
melangkah perlahan
mengendap..
lolongan anjing jalanan
kicauan burung gagak
bungkam setiap suara yang ada
tetap berjalan tanpa arah
susuri setiap jengkal jalan ini
masih tanpa tujuan
masih jauhkah ujung jalan ini?
masih sanggupkah aku berjalan?
akankah terhenti langkahku?
entah..
mungkin ribuan malam yang sama
yang akan aku lewati lagi
tunjukkan aku cinta
tunjukkan aku cinta
dimana bahagia diatas semua
tunjukkan aku cinta
dimana tawa adalah hidup
tunjukkan aku cinta
dimana tangis bukan bagian darinya
kulangkahi takdirku
melompati pagar kesuraman
mencari rumahku kembali
rumah untuk hatiku
tunjukkan aku cinta
dan bawakan aku cinta
bawakan aku tawa
bawakan aku bahagia
tunjukkan aku cintamu..
dimana bahagia diatas semua
tunjukkan aku cinta
dimana tawa adalah hidup
tunjukkan aku cinta
dimana tangis bukan bagian darinya
kulangkahi takdirku
melompati pagar kesuraman
mencari rumahku kembali
rumah untuk hatiku
tunjukkan aku cinta
dan bawakan aku cinta
bawakan aku tawa
bawakan aku bahagia
tunjukkan aku cintamu..
hanya bernafas untukmu
lekuk wajahmu tersirat jelas
hadirkan kebahagiaan nyata disini
teduh jiwaku bernaung
dibawah atap hatimu
ku ucap tanya dihati
namun ragu muncul dalam kata
setiap aromamu
menghadirkan tenang mendalam
aku disini diam
aku disini tersenyum
hanya mencoba bernafas untukmu
hanya mencintaimu sepenuh hati
hadirkan kebahagiaan nyata disini
teduh jiwaku bernaung
dibawah atap hatimu
ku ucap tanya dihati
namun ragu muncul dalam kata
setiap aromamu
menghadirkan tenang mendalam
aku disini diam
aku disini tersenyum
hanya mencoba bernafas untukmu
hanya mencintaimu sepenuh hati
keajaiban itu pasti ada
langkah kecil ini
terbawa pada angin penuh cinta
dan penuh tawa
lekang waktu yang lama
tak akan mungkin sirna
hanya karena air mata
aku tetap cinta
hingga nafasku terhenti
di ujung hidupku nanti
karena janjiku pada masa itu
bukan hanya sekedar
tapi ketulusan
keajaiban itu pasti ada
dan pasti datang
untuk kita nanti
sampai lelahku
kusandarkan lagi untukmu
satu saat, di masa nanti..
terbawa pada angin penuh cinta
dan penuh tawa
lekang waktu yang lama
tak akan mungkin sirna
hanya karena air mata
aku tetap cinta
hingga nafasku terhenti
di ujung hidupku nanti
karena janjiku pada masa itu
bukan hanya sekedar
tapi ketulusan
keajaiban itu pasti ada
dan pasti datang
untuk kita nanti
sampai lelahku
kusandarkan lagi untukmu
satu saat, di masa nanti..
akhir yang bahagia(?)
malam kembali lagi
goreskan satu kisah tentangku
tentang hidupku
hadirmu masih membayang
tepat diantara rinduku
dibalik kisah-kisah indah kita
lampu kota ikut tersenyum
dendangkan lagu malam
tentang kita
jalanan pun ramai bercerita
hiasi malam
dengan kebisingannya
aku berdiri
menatap langit
menatap harapku
teguh menyimpan kepastian
tetap menantang kerinduan
tak henti menunggu pagi datang
aku masih menunggu
terus menunggu
tetap menunggu
goreskan satu kisah tentangku
tentang hidupku
hadirmu masih membayang
tepat diantara rinduku
dibalik kisah-kisah indah kita
lampu kota ikut tersenyum
dendangkan lagu malam
tentang kita
jalanan pun ramai bercerita
hiasi malam
dengan kebisingannya
aku berdiri
menatap langit
menatap harapku
teguh menyimpan kepastian
tetap menantang kerinduan
tak henti menunggu pagi datang
aku masih menunggu
terus menunggu
tetap menunggu
3.10.08
sebuah pengakuan
enam tahun lamanya kau hadir
dan selama itu hatiku tertaut
- mengulum senyum -
- mengukir tawa -
- memahat kesetiaan -
- menyusun harapan -
- menghimpun masa depan -
langkah kecil kita yang dulu
menuju pada sesuatu yang hidup
sebuah pengakuan
untuk sebuah kenyataan
aku tau waktu berubah
aku tau kau pun berubah
akankah harapan, cita-cita, masa depan
lenyap seketika..
aku seperti mengambang disini
terduduk tanpa asa lagi
dan selama itu hatiku tertaut
- mengulum senyum -
- mengukir tawa -
- memahat kesetiaan -
- menyusun harapan -
- menghimpun masa depan -
langkah kecil kita yang dulu
menuju pada sesuatu yang hidup
sebuah pengakuan
untuk sebuah kenyataan
aku tau waktu berubah
aku tau kau pun berubah
akankah harapan, cita-cita, masa depan
lenyap seketika..
aku seperti mengambang disini
terduduk tanpa asa lagi
kembalikan masa laluku..
aku tak tau tujuan hidupku saat ini
semua terlihat buram
semua terlihat semu
aku merasa linglung untuk melangkah
pun bayanganku
tak inginkan aku lagi
aku merasa kecil
tak memiliki angan
tak ada masa depan
semua menjadi repih karena waktu
aku rapuh..
namun ia pun tak pernah tau
nafas terasa sengal
hati terasa mati
dan tak ingin berdenyut lagi
kenangan tersekat nafsu
harapan menjadi rancu
masa depan tertutup waktu
entah..
berapa kepingan hatiku lagi
yang harus runtuh
kembalikan masa laluku
kembalikan nafasku
untuk bisa mendekapmu lagi
hanya denganku..
hanya aku..
aku masih mencintaimu
- dan selamanya mencintaimu -
semua terlihat buram
semua terlihat semu
aku merasa linglung untuk melangkah
pun bayanganku
tak inginkan aku lagi
aku merasa kecil
tak memiliki angan
tak ada masa depan
semua menjadi repih karena waktu
aku rapuh..
namun ia pun tak pernah tau
nafas terasa sengal
hati terasa mati
dan tak ingin berdenyut lagi
kenangan tersekat nafsu
harapan menjadi rancu
masa depan tertutup waktu
entah..
berapa kepingan hatiku lagi
yang harus runtuh
kembalikan masa laluku
kembalikan nafasku
untuk bisa mendekapmu lagi
hanya denganku..
hanya aku..
aku masih mencintaimu
- dan selamanya mencintaimu -
gadis berjilbab hitam itu
di depan rumah Allah
kau tersenyum
memukau hatiku
seolah membawa aku dalam kedamaian
layaknya bidadari
terbalut dengan indahnya kerudung hitammu
terlihat aura hati
tulus dari wajahmu itu
hanya satu kata
- cantik -
aku tergoda
aku cinta
kau tersenyum
memukau hatiku
seolah membawa aku dalam kedamaian
layaknya bidadari
terbalut dengan indahnya kerudung hitammu
terlihat aura hati
tulus dari wajahmu itu
hanya satu kata
- cantik -
aku tergoda
aku cinta
awal untuk sebuah akhir
kisah ini
kususun satu persatu
awal kita menatap mata
langit menampakkan senyumnya
awal kita menatap dunia
seluruh ombak bergemuruh
awal kita menatap masa depan
alam raya berkumandang
tampak menyenangkan
kini..
dalam langkahku
tersimpan kisah yang masih pincang
aku butuh dirimu
untuk menyangga langkahku ini
datang..
datanglah..
jadikan awal yang dulu itu
menjadi akhir yang hanya untuk kita
cinta ini mengendap di dasar hati
kususun satu persatu
awal kita menatap mata
langit menampakkan senyumnya
awal kita menatap dunia
seluruh ombak bergemuruh
awal kita menatap masa depan
alam raya berkumandang
tampak menyenangkan
kini..
dalam langkahku
tersimpan kisah yang masih pincang
aku butuh dirimu
untuk menyangga langkahku ini
datang..
datanglah..
jadikan awal yang dulu itu
menjadi akhir yang hanya untuk kita
cinta ini mengendap di dasar hati
kujahit rindu ini satu persatu
dalam hening sepi aku mengingatmu
dalam lamunanku selalu begitu
kujahit rindu ini satu persatu
hingga hadirmu mampu terlihat
di pelupuk mataku
hingga malamku mampu kubagi lagi
dengan hatimu
hingga nafasku habis disisimu
hingga mata ini tertutup
untuk yang terakhir kalinya
aku merindukanmu..
dalam lamunanku selalu begitu
kujahit rindu ini satu persatu
hingga hadirmu mampu terlihat
di pelupuk mataku
hingga malamku mampu kubagi lagi
dengan hatimu
hingga nafasku habis disisimu
hingga mata ini tertutup
untuk yang terakhir kalinya
aku merindukanmu..
2.10.08
hanya untuk diam
aku ingin teriak sekeras mungkin..
hanya untuk kembali diam..
hanya untuk kembali diam..
dimana cahaya itu
lenguh nafas masih terasa menyesakkan
hati terasa membatu untuk mengingat
lelah berpikir untuk berpijak pada hidup
aku tlah karam.. aku tlah musnah..
adakah waktu yang menyekatku
adakah beda yang menghakimiku
tenang pikiran itu mulai memudar
haruskah marah dan dendam selimuti diri?
kerongkongan mulai tak keluarkan suara lagi
hanya gemuruh dan lengkingan perih
yang masih menari indah di memori otakku
terlalu sakit.. terlalu sakit.. teramat sangat..
tetesan embun menguap begitu saja
hangatnya mentari tertutup awan kelam
hingga malam panjang yang halangi aku
untuk temukan cahaya itu lagi..
hati terasa membatu untuk mengingat
lelah berpikir untuk berpijak pada hidup
aku tlah karam.. aku tlah musnah..
adakah waktu yang menyekatku
adakah beda yang menghakimiku
tenang pikiran itu mulai memudar
haruskah marah dan dendam selimuti diri?
kerongkongan mulai tak keluarkan suara lagi
hanya gemuruh dan lengkingan perih
yang masih menari indah di memori otakku
terlalu sakit.. terlalu sakit.. teramat sangat..
tetesan embun menguap begitu saja
hangatnya mentari tertutup awan kelam
hingga malam panjang yang halangi aku
untuk temukan cahaya itu lagi..
peluk aku bila kita bertemu nanti
andai waktu mampu menebak
apa yang kulukis dibalik kegalauanku
ia pasti mengerti
ia pasti tak ragu lagi
ia pasti akan memberi jawaban atas itu
aku rindu..
seperti malam
yang ingin berbicara pada siang
seperti hutan hujan
yang menunggu kemarau tiba
seperti umatNya
yang rindu akan ramadhan
dimana harus kucari langkahmu
bahkan bayanganmu
pun tak bisa kuraih
peluk aku bila kita bertemu nanti
apa yang kulukis dibalik kegalauanku
ia pasti mengerti
ia pasti tak ragu lagi
ia pasti akan memberi jawaban atas itu
aku rindu..
seperti malam
yang ingin berbicara pada siang
seperti hutan hujan
yang menunggu kemarau tiba
seperti umatNya
yang rindu akan ramadhan
dimana harus kucari langkahmu
bahkan bayanganmu
pun tak bisa kuraih
peluk aku bila kita bertemu nanti
belum kutemukan jejakmu lagi
belum kutemukan jejakmu lagi
entah harus berputar untuk berapa kali lagi
hingga aku mampu temukan itu
kata mereka dunia itu sempit
tapi mengapa langkahmu yang dulu berada disisi
tak dapat kucari lagi?
lelah..
tapi apa itu sebuah alasan untuk berhenti?
buntu..
tapi apa itu tujuan untuk diam?
bosan..
tapi apa itu tak bisa berubah?
huff..
lagi-lagi aku harus mencari
hingga malam kembali menjadi malam..
hingga peluh membasahi tubuhku..
hingga keriput ini menghiasi wajah..
aku takkan berhenti sampai disini..
entah harus berputar untuk berapa kali lagi
hingga aku mampu temukan itu
kata mereka dunia itu sempit
tapi mengapa langkahmu yang dulu berada disisi
tak dapat kucari lagi?
lelah..
tapi apa itu sebuah alasan untuk berhenti?
buntu..
tapi apa itu tujuan untuk diam?
bosan..
tapi apa itu tak bisa berubah?
huff..
lagi-lagi aku harus mencari
hingga malam kembali menjadi malam..
hingga peluh membasahi tubuhku..
hingga keriput ini menghiasi wajah..
aku takkan berhenti sampai disini..
Subscribe to:
Posts (Atom)