9.12.11

bintang

adalah seorang satria. yang padamu.
pada kita.
dititipkan. kini menjadi bagian dari mimpimimpi kita.


tadinya, aku tak mampu melukiskan ketidakmungkinan. seperti menebak masa depan. menyusun hidup yang menggumpal di balik ombak. atau memungut rindu yang tersangkut di ranting

tapi melihatnya, adalah tentang ketidakmungkinan. menjadi mungkin.
adalah kesempurnaan.
tanpa spasi. tanpa apaapa

dan biarlah jika ia mencipta airmata. miliknya.
nanti.
karena memang itu cara menyapa dunianya. menyapa kita.

janji telah tergenapi. pada hari yang tersenyum di awal bulan keduabelas. tepat di larik akhir senja yang jingga.

untuk dia, yang kita sebut: bintang

26.11.11

jika saja

/1/
aku temukan rapuh yang semakin
rapi menggantung di matamu.

/2/
ada cerita yang pernah kautuliskan
lirih dalam selembar kertas
buram. kutemukan tinta yang perlahan
memudar.

aku: perih?

/3/
aku tetap berdiri. di sini.
di atas setiaku.
hingga entah yang kesekian.

/4/
jika saja kau tahu

hatiku.

lelayang

neng..
ingatkah kau tentang lelayang yang kau hempas saat itu
yang padanya kau titipkan rindu dan semua
masa yang semakin jauh

kutemukan lagi lelayang itu. dan benar
rindu itu telah menghitam
luntur bersama bayangbayang
tangis yang pernah kau jejak disana

aku tak ingin kau tahu. walau kau memohon untuk itu

kau salah. saat kau pikir dunia akan menendangmu jauh dari sini
saat kau pikir tak juga aku yang akan menangkup letihmu
tapi aku mampu neng. aku mampu

tentangmu akan kuurai lagi semua. kurangkai kembali satupersatu
seperti duapuluhempat mimpi yang sempat kita bicarakan
dulu
yang mungkin perlahan telah terlupakan olehmu

neng..
maukah kini
menjadi bagian dari mimpimimpi kita lagi?
kita coba. namun aku tak ingin karena terpaksa

aku masih merekam kenang tentangmu
disini
sudah genap bukan?

17.11.11

namamu

kau tahu?
di selembar hati ini hanya ada

namamu

sudah selesai

aku lelah menyimpan
rindu yang terlipat di mata
ku

dan aku ingin rindu itu menjelma butiranbutiran
penat yang kemudian jatuh bersama airmata
ku

26.10.11

hitam

tidakkah indah?
pendar bulan yang kian pudar
dan semakin hitam

seperti hatiku

21.10.11

seperti katamu

seperti katamu:
hidup itu singkat. sesingkat rentang waktu yang berada di antara adzan dan iqomah


aku terdiam. membuka coretancoretan lama yang pernah aku tinggalkan dulu. di sini.

maka katamu (lagi):
waktu memang tak terbatas, tapi waktu kita yang terbatas


ah.. sembilan tahun sudah. bahkan waktu tak bisa menghalanginya..

tak mungkin aku bertandang dengan rasa yang gagap, padamu

tak mungkin aku bertandang dengan rasa yang gagap, padamu

barangkali, itu akan menjadi lariklarik gerimis yang jatuh pada pagi
lalu bertumbuh benih benih rindu di dadaku
serupa kelembutan nafas, pada penggal kalimat yang kau lafadz
setahun lalu

belum genap musim ini kita menadah hujan, mencuri matahari
dan embun belum sempat menitipkan pesan malam tadi
lantas, bagaimana aku menembang syairsyair sendu?

ihwal tentang lingkar janji di terang bulan
yg tak pernah kau kirimkan kepada angin, bahkan
sketsa bayangmu masih buram

aku masih mempertanyakan kata yang tertinggal di matamu
agar tercipta hari ini, esok dan masa depan
lewat pijar langkah yg sedang terbakar sepi
berusaha menyalakan suluhsuluh kehidupan
yang padam karena pengembaraanmu

adakah engkau tahu
aku semakin dekat dengan kelangkaan
selaksa harap akan punah
ke tanah lapang yang tak ku kenal
dan akan terkubur. dalam. sedalam lukaku
ini

mengertilah
jalan ketiadaanku yang semakin tua, sebab belum genap musim berganti
dan aku tak mencoba ambil peduli karena
tak mungkin aku bertandang lagi dengan rasa yang gagap, padamu

"hujan akan segera berlalu, sayang"

haruskah ku ulangi setiap
kata yang pernah kau tulis di
sudut bibirmu
itu?

"hujan akan segera berlalu, sayang"

tapi kau memilih untuk tak
disini bersama tiap keping
cerita yang kau ulang berkali
kali pada tiap ucap bibirmu

haruskah aku percaya
lagi?

sebentar saja

bolehkah aku lelah dan
sejenak berhenti?

hanya untuk menghela nafasku. sebentar

saja?

5.5.11

pagi yang bisu

/1/
secangkir ingatan tentang
mu. sepiring kenangan.
sepotong cerita yang tak
kunjung habis di cerna.

/2/
tanpa tawa. diam. sunyi.
membisu.

/3/
maukah kau berbagi dengan
ku?

doa

ya Tuhan
aku hanya inginkan dia
untukku.

itu saja.

ketika

ketika itu
kita hanya sekelumit cerita
usang.


/1/
seperti ingatanku tentang
mu. tentang alasan untuk
mencintaimu.

/2/
entah..
buatku itu tak jadi soal.
mempertaruhkan kesempatan?

/3/
kita hanya pemeran utama dalam
sebuah skenario
Nya.

/4/
bukan begitu?