14.11.08

teruntuk: sang dilema

kabur rasa yang terlihat

iblis menari dalam otak
usik yakinmu
akan kemunafikan pilihan

saat pagi kau rindu malam
saat malam kau rindu pagi
haruskah sekat itu yang kau dapati?

lelah juga bertahan
terlalu lama diam
terjebak lalu lintas kata

atau kau terlalu munafik?
terbuai pada ego
berbuah penat bahkan jengah

teruntuk: sang dilema
lenteramu terlalu redup
untuk tentukan jalan hidup

jangan tunggu hatimu nelangsa

teruntuk: sang malaikat terindah(ku)

berdiri di ujung kegalauan

aku jejaki bentuk nafasmu
merasa tak temukan tempat
untuk sebuah penyesalanku

tak ingin memperkeruh semua
pun kelancangan dalam tiap kata
hanya sebuah ketulusan

terlalu nista untuk meminta
tak jua bersujud mengharap
ini sebentuk hati dalam kata

kuhamparkan senyawa rasa
dan terlampirkan maaf
untuk malaikat terindah(ku) disana

masih terhenti di ujung kegalauan

kerumitan itu terselesaikan

jiwa berselimut rancu
ketakpastian rasa berontak
jengah menanti kosong

saat lalu yang kuelukan
kini kuhempaskan
bungkam jauh ke dasar bumi

dulu kurasa kau mutiara
sekarang tak lebih dari seorang zadah
yang akan kucerca saat kita bersua

jangan tunggu nanti
dengan suara parau aku pastikan
'kerumitan itu kini terselesaikan'

sekelumit memori yang ada untukmu kubakar
abumu akan kusemayamkan
di sudut terjauh dari hatiku